Pagi itu saya mengikuti sebuah acara komunitas yang sangat menarik dengan tema jalur rempah di Surabaya. Wisata ini menelusuri sejarah kota Surabaya dengan melupakan sejenak Surabaya sebagai surganya mal dan wisata modern. Maklum saya yang lama tinggal di Surabaya buta akan sejarah Surabaya dimasa lalu.

Jalur rempah merupakan jalur perdagangan dunia. Wilayah Surabaya yang berada ditepi laut dan dibelah oleh sungai kalimas menjadi persinggahan negara lain karena lokasinya yang sangat strategis. Surabaya kemudian menjadi perebutan bangsa asing yaitu Belanda dan Jepang. Sisa-sisa sejarah bangunannya masih terlihat hingga kini di kawasan Surabaya Utara.

surabaya 31
Foto yang dipajang di Museum Bank Indonesia

Kami berkumpul di Museum Bank Indonesia sejak pukul 05.00 pagi. Gedung yang dulunya bernama De Javasche Bank di Jalan Rajawali ini tampak megah. Bangunan dengan arsitektur khas Eropa dibangun pada tahun 1828. Kemudian pada tahun 2002 dijadikan cagar budaya sebagai Museum Bank Indonesia.

Kala itu pertama kalinya saya masuk ke Museum Bank Indonesia, padahal gedung yang lokasinya persis di samping Jembatan Merah Plaza (JMP) ini sering kali saya lewati karena saya sering belanja kain di JMP. Masuk ke gedung tersebut membuat saya merasakan seperti masuk ke mesin waktu, saya bisa melihat sejarah masa lalu dunia bank di Indonesia.

surabaya 1

Ada tiga lantai di Museum ini, lantai satu merupakan ruang koleksi mata uang kuno, ada juga tempat brankas kuno untuk menyimpan uang, mesin penghitung uang, meja dan kursi kuno. Lalu saya menuju ke lantai dua yang merupakan ruang transaksi setor uang dan penarikan uang. Ada juga foto-foto yang dipamerkan suasana Museum ketika masih beroperasi. Sedangkan di lantai tiga adalah lantai tertutup yang tidak boleh dimasuki oleh umum.

surabaya 32
Ruangan di lantai dua yang dulunya digunakan transaksi setoran dan penarikan uang


Untuk masuk ke Museum Bank Indonesia ini biayanya gratis dan buka setiap selasa sampai dengan minggu mulai pukul 09.00 hingga 16.00.


Selanjutnya kami berangkat menelusuri jalur rempah Surabaya dengan berjalan kaki dari Museum Bank Indonesia menuju Pabrik Limoen Telasih di Jalan Mliwis. Lokasinya persis di belakang gang hotel Ibis. Sayang karena waktu itu hari minggu maka pabrik sedang tutup. Pabrik yang kini dikelola oleh Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur ini menyimpan sejarah.

surabaya 3
hotel ibis
surabaya 5

Pabrik Limoen Telasih atau Siropen Telasih ini berdiri sejak tahun 1923. Dulu jika bukan kaum bangsawan maka tidak akan bisa menikmati sirup ini karena harganya yang mahal. Rasa dan aroma sirupnya sangat khas sejak dulu, jika pabrik buka saya bisa melihat langsung proses produksinya yang prosesnya menggunakan gula asli dan bahan alami. Meskipun mesin kunonya sudah tidak digunakan lagi, namun soal resep masih sama, ujar pemandu kami.

surabaya 8
pabrik limoen atau siropen telasih
surabaya 7

Siropen Telasih ini merupakan oleh-oleh khas dari Surabaya, banyak sekali wisatawan yang memborong sirup ini untuk dibawa oleh-oleh keluar kota. Biasanya wisatawan untuk menuju pabrik Limoen Telasih maka akan memakirkan kendaraan di JMP lalu berjalan kaki menuju pabrik. Buka dari Senin hingga sabtu, mulai pukul 08.00 sampai 16.00.


Selesai melihat bangunan pabrik Siropen Telasih saya menuju Jembatan Merah. Dalam perjalanan saya mengagumi bangunan-bangunan tua sisa kemegahan bangunan Eropa yang tidak terawat yang berada disekitar Jembatan Merah. Andai jika bangunan tersebut dirawat maka akan terlihat sangat cantik.

surabaya 6
bangunan kuno


surabaya 9
sayang tidak terawat


surabaya 10

Jembatan Merah merupakan jalur perdagangan rempah-rempah di Surabaya. Sungai yang melewati jembatan merah dulunya digunakan kapal-kapal dari berbagai negara untuk mengirimkan pasokan rempah-rempah di negaranya. Nama Jembatan Merah dikarenakan dulunya di jembatan inilah banyak darah pahlawan yang mengucur demi memperebutkan kembali Surabaya.

surabaya 14
Jembatan merah yang dulunya terbuat dari kayu
surabaya 11

surabaya 12
suasana di sekitar jembatan merah

surabaya 30
mercusuar yang kini sudah tidak digunakan lagi



Selanjutnya saya menelusuri sepanjang Jalan Gula dan Jalan Karet. Jalan-jalan tersebut syarat dengan sejarah, banyak sekali bangunan tua. Bahkan ada destinasi favorit orang Surabaya untuk foto prewedding di Jalan Gula. Di spot gang tersebut ada dinding favorit yang sering digunakan foto prewedding dan fotografi. Ada juga persewaan sepeda kuno sebagai properti untuk berfoto prewedding. Bukan orang Surabaya kalo tidak tahu tempat favorit di Jalan Gula.

surabaya 15

surabaya 16

surabaya 17

surabaya 20
lokasi foto prewedding 
surabaya 18


Klenteng Hok An Kiong atau Suka Loka yang berada di Jalan Coklat menjadi destinasi perjalanan berikutnya. Terletak diperkampungan China yang dibangun sejak tahun 1830, klenteng ini merupakan salah satu klenteng tertua di Indonesia yang berada di jalur rempah Surabaya. Dulunya klenteng ini merupakan tempat menghilangkan penat para awak kapal tionghoa setelah berlayar berhari-hari.

surabaya 22
klenteng hok an kiong 


surabaya 21surabaya 24

Di sana saya hanya mengamati pemeluk tionghoa yang sedang melakukan ritual sambil membakar hio. Sebagai tempat yang bersejarah klenteng ini biasa dikunjungi oleh wisatawan dan masyarakar sekitar dengan ramah memperbolehkan kita untuk membidikkan kamera.


Selesai di klenteng Hok An Kiong, kami menuju Pasar Pabean. Di sepanjang jalan menuju Pasar Pabean saya juga melihat banyak bangunan kuno dengan jendela dan pintu khasnya.

surabaya 25

surabaya 19surabaya 29  
Awalnya saya sedikit bingung melihat Pasar Pabean yang selayaknya seperti pasar pada umumnya yang sibuk dengan kegiatan perdagangan. Namun, ternyata Pasar Pabean merupakan pasar tertua di Surabaya sejak tahun 1899 sebagai pusatnya perdagangan rempah, ikan dan bahan pangan yang lengkap. Harganya yang lebih murah dibandingkan pasar lainnya, membuat Pasar Pabean tak pernah sepi pengunjung. Hiruk pikuknya sudah dimulai hingga tengah malam, seolah tak mengenal waktu.

surabaya 23
pasar pabean

Pasar Pabean
saat ini terkenal dengan pusatnya penjualan ikan fresh di Surabaya dengan harga yang lebih murah dibandingkan pasar lainnya. Restoran seafood di Surabaya pun mengambil kulakan seafood di Pasar Pabean ini. 


Sambil mengamati para pedagang dan pembeli yang sibuk bertransaksi, saya kemudian antri membeli pecel khas Jawa Timuran. Dengan sepuluh ribu saya sudah mendapatkan nasi pecel yang lengkap dengan sayur yang diguyur dengan sambal kacang dan lauk paruh. Pecel yang merupakan makanan khas Jawa Timur ini sangat cocok dijadikan sarapan di pagi hari..

pecel
Nasi pecel



Pengalaman menelusuri kawasan Surabaya Utara di Jalur Rempah ini membuat pengetahuan sejarah tentang Surabaya saya bertambah. Untuk menelusuri kawasan yang saya lalui seperti di atas tidak harus mengikuti tur karena jalurnya sangat mudah yaitu dimulai dari Jalan Rajawali - Mliwis - Jembatan Merah - Jala karet - Jalan Gula - Jalan Coklat - Pasar Pabean - Jembatan Merah - Jalan Rajawali. Jika bingung maka bisa setting GPS, perjalanan akan lebih asik dengan berjalan kaki karena kita bisa menikmati bangunan tua dengan bebas.

Selesai menelusuri jalur rempah, saya kemudian menuju Pasar Atom yang pusatnya segala macam kebutuhan dan juga kuliner seperti cakue peneleh yang sangat khas. Pasar ini adalah mall legendaris di Surabaya, lokasinya tak jauh dari destinasi saya tadi.

pasar atom
Pasar Atum


pasar atum 2
sentra kuliner
pasar atum 5
pasar atum 3
cakue peneleh



Selanjutnya masih ada kuliner legendaris di sekitar Pasar Atum yaitu nasi cumi di Jalan Waspada, lokasi persis di pintu keluar Pasar Atum di sebelah barat. Dulu nasi cumi wasapada ini terkenal sebagai kuliner malam di Surabaya, namun warung kaki lima ini kini sudah buka dari pagi hingga malam. Seporsinya terdiri dari cumi yang dimasak bumbu hitam, mie kuning, telur bacem dan rempeyek udang yang khas, harganya dibanderol Rp 22.000,-. Jika ke Surabaya jangan pernah melewatkan kuliner unik ini. 


Nasi Cumi Waspada