Biar nggak bingung transportasi dan penginapan di Khao Yai, silahkan baca dulu artikel ini. Sebelum datang ke Pak Chong, saya belum ada gambaran apa-apa tentang Pak Chong yang ternyata panas menyengat seperti Surabaya. Suasananya pun gersang dan jauh dari bayangan hiruk pikuk seperti Bangkok. 

Saya menyewa motor di Pak Chong untuk menuju Khao Yai. Motor yang saya tumpangi sejenis honda matic yang dilengkapi helm jadul bukan bersertifikat SNI. Di Pak Chong dan Khao Yai ini masyarakatnya jarang memakai helm, kalopun ada biasanya memakai helmnya juga tidak niat asal pakai. Motor di Thailand pun tidak ada STNK, hanya ada sticker pajak yang ditempelkan di body bawah setir motor.

Primo Piazza Khao Yai
Tujuan pertama saya di Khao Yai adalah Primo Piazza. Untuk masuk kedalamnya dikenakan biaya 100 bath. Konsepnya Ala Pedesaan Eropa dengan bangunan khas berwarna kecoklatan bata. Tidak banyak pengunjungnya, membuat suasananya menjadi private.

primo piazza 1primo piazza 7primo piazza 12primo piazza 3

Saya memang selalu suka konsep wisata buatan ala-ala Eropa karena akan cantik apabila difoto, seperti Jade Garden di Korea. Primo Piazza Khao Yai ini tidak luas, hanya bangunan-bangunan buatan yang tidak bisa dimasuki dalamnya. Kalo nggak salah hanya ada 2 cafe yang buka sama-sama menjual ice cream dan 1 toko menjual cinderamata.

primo piazza 2primo piazza 8primo piazza 5primo piazza 4

Dibelakang Primo Piazza Khao Yai ada padang rerumputan dengan pemandangan bukit sekitarnya. Lalu ada peternakan Alpaca yang merupakan hewan yang berasal dari Amerika Selatan. Kalo nggak "ngeh" pasti dikira kambing, dan pasti akan ada yang nyeletuk "jauh-jauh ke Thailand cuma lihat kambing..."

primo piazza 6primo piazza 10primo piazza 11
primo piazza 1

Nggak banyak sih yang bisa dilakukan di Primo Piazza karena memang nggak ada apa-apa cuma bangunan. Dua jam di sana rasanya cukup untuk sekedar foto atau istirahat dari perjalanan jauh sekitar 40 menitan dari Pak Chong.

primo piazza 2
primo piazza 9
sewa motor di khao yai

Palio Village
Dalam perjalanan pulang ke Pak Chong saya melewati Palio Village yang menjadi tujuan saya berikutnya. Destinasi ini lebih tenar dibandingkan dengan Primo Piazza, terlihat dari banyaknya kendaraan pribadi dan bus pariwisata didepan bangunannya.

palio village 1palio village 8

Untuk biaya masuknya gratis karena Palio Village merupakan tempat belanja yang berkonsep Italia. Toko-toko yang ada didesain dengan bangunan kecil-kecil seperti berada di sebuah pedesaan Eropa. Kalo harganya menurut saya lebih mahal dibandingkan dengan Bangkok, jadi lebih baik tahan godaan untuk berbelanja.

palio village 2

Selain toko ada juga beberapa cafe, tapi saya sengaja nggak nongkrong di sana karena akan mampir di cafe bukan di area Palio Village ini. Sepertinya satu atau dua jam sudah cukup nongkrong di Palio Village ini. Banyak-banyakin aja kapasitas memori karena di sana tempatnya narsis.

palio village 3palio village 6palio village 7palio village 4

Chocolate Factory
Dari Palio Village saya mampir ke Chocolate Factory yang arahnya juga searah perjalanan pulang ke Pak Chong. Chocolate Factory merupakan cafe terkenal yang menjual makanan dan minuman serba coklat. Selain itu tempat ini disukai wisatawan untuk tempat oleh-oleh, sedangkan menurut masyarakat lokal adalah tempat yang kekinian.

collage

Saya sih bukan ingin membeli oleh-oleh atau mau dikatakan kekinian, tapi lebih untuk "ngadem" untuk melepaskan lelah dari perjalanan jauh dari Primo Piazza dan Palio Khao Yai. Waktu itu saya membeli minuman seharga 100 bath.

chocolate factory khao yai

Nggak nyangka aja kalo minuman yang saya beli seharga Rp. 40.000,- rasa coklatnya elegan banget. Rasa manisnya bercampur pahit yang lebih dominan. Menurut saya nih coklatnya memang beneran enak nggak terasa murahan. Nggak nyesel deh saya beli minuman yang harganya sama kayak nongkrong di cafe Surabaya.

Pak Chong Night Market
Waktu di Chocolate Factory saya cuma nongkrong sekitar se-jam karena kepikiran kalo lama-lama nongkrong takut kelamaan. Padahal nih setelah dijalanin selalu jalan pulang rasanya lebih dekat dibandingkan jalan berangkat tadi. Dua puluh menit kemudian saya sudah di Pak Chong Night Market yang berada di tengah kota Pak Chong.

Pak Chong Night Market ini merupakan stand-stand makanan, minuman dan beberapa pakaian yang buka sekitar pukul 05.00 sore. Kebanyakan yang datang merupakan masyarakat lokal yang membeli makanan. Saya ingatnya seperti pasar Ramadhan yang ada di Indonesia tapi di Pak Chong buka setiap hari.

Waktu itu karena memang jarang wisatawan yang datang ke Pak Chong Night Market, maka penjualnya jarang yang bisa bahasa Inggris. Saya sempat ngotot minta kembalian untuk makanan yang saya beli yaitu gorengan kulit ayam yang katanya "seventen bath" uang saya yang "dua puluh bath" saya kemudian minta kembalian donk...

Saya minta kembalian, si Bapak itu nggak mau ngasih kembalian. Akhirnya setelah lama bersitegang dengan meminta kembalian 3 bath dengan sama-sama menggunakan bahasa tarzan. Ada penjual yang bisa bahasa Inggris dan menyampaikan kalo itu harganya 20 bath, dan si bapak tadi salah ngomong 17 bath.  Lucunya lagi saya baru sadar kalo 3 bath yang membuat saya bersitegang jika dikurskan cuma Rp. 1.200,- wkwkwkw (Note: saya lupa nggak mengabadikan foto di Pak Chong Night Market).

Banmai Chay Nam
Waktu itu masih sekitar jam 19.00 dengan langit Pak Chong masih terang. Mau balik ke Mr Somphon juga nanggung karena masih sore, lalu kami memutuskan ke Banmai Chay Nam yang merupakan restoran berkarakter di Pak Chong yang sering dijadikan kunjungan wisatawan.

Sampai lokasi sudah terlihat karakter yang aneh-aneh mulai dari superman, batman, marilyn manroe, dan masih banyak karakter lainnya. Karakter tersebut juga disandingkan dengan barang-barang antik khas Thailand yang menurut saya hampir sama dengan pernak-pernih yang sering saya lihat di restoran Jawa Tengah.

collage 1
banmay 1

Niatnya sih di sini cuma foto-foto, tapi tergoda untuk ngopi dan nongkrong hingga larut malam. Untuk masuk kedalamnya, dipintu masuk akan ada pramusaji yang akan memberikan nomor meja. Setelah itu kita mencari tempat duduk sesuai nomor yang lokasinya dekat dengan sungai Pak Chong.

Sebenarnya konsep restoran seperti ini banyak kok yang ada di Bali dan Yogyakarta. Tapi kalo penasaran bolehlah mampir, cari fotonya yang ada tulisan Thailand biar nggak dikirain lagi di restoran Indonesia wkwkwkwk.. Nongkrong di sini saya habis 330 bath, tergantung pesanan kita juga yang kita beli.

banmay khao yai

Summary :
Destinasi wisata Khao Yai nggak hanya yang saya kunjungi di atas, namun karena waktu saya yang terbatas maka saya hanya bisa mengunjungi 5 tempat. Beberapa destinasi Khao Yai diantaranya adalah PB Valio Winnery, Thames Valley, Farm Chok Chai, Khao Yai Panorama Farm, Konyok Sheep Farm dan beberapa lainnya.

Semua destinasi tersebut searah dengan Palio Village dan Primo Piazza, baik berangkatnya maupun pulangnya. Tapi baiknya Primo Piazza dijadikan destinasi yang pertama karena lokasinya terujung dibandingkan yang lainnya, setelah itu barulah Palio Piazza.

Andai waktu saya bukan sehari saja di Khao yai pasti semua saya libas satu persatu. Untuk yang Khao Yai National Park sengaja saya skip karena mungkin miri-mirip saya Taman Safari. Besoknya saya pulang dari Khao Yai menggunakan van yang diantar oleh Mr Somphon di kantor travel. Harganya 160 bath dengan total perjalanan sekitar 3,5 jam sampai ke Bangkok. Perjalanan jauh lebih lama karena setiap satu jam sekali berhenti di rest area untuk dipersilahkan buang hajat hehehe...