Mengisi long weekend libur Natal, kami sekeluarga menuju Blora demi mencari kepuasan wisata kuliner. Kami start dari kota Cepu, perjalanan yang saya pikir akan menempuh satu jam, ternyata dalam 45 menitan sudah sampai Blora. Ya, sebuah kota yang awalnya saya anggap kecamatan dengan kabupaten Cepu, rupanya kota inilah kabupaten dari Cepu. Memang, bukan rahasia lagi kalo Blora kalah tenar dibandingkan Cepu kota minyak.

Dengan alibi mumpung di Blora, kamipun berinisiatif sekalian berwisata. Awalnya memang tak ada perencanaan sama sekali, lalu googling-lah kami untuk mencari tempat wisata. Rupanya, wisata Blora ini tak banyak, kami juga harus direpotkan dengan menseleksi tempat wisata yang jalannya mudah dilalui. Maklum, tanah di Blora adalah tanah yang bergerak yang mengakibatkan jalannya banyak yang berlubang dan rusak.

Dari hasil googling, saya memutuskan untuk menuju Goa Terawang, yang kayaknya nih terlihat sangat indah dan kekinian didunia maya. Meskipun awalnya suami keberatan karena medan jalannya kurang bagus, akhirnya dia mengiyakan juga. Benar saja, jalan menuju Goa Terawang ini rusak dan berliku tidak rata. Didalam mobil, kita akan dibuai dalam alunan jalanan yang naik turun. Bahkan, pemandangan orang mabuk darat alias "jackpot" kami dapati di sepanjang menuju goa terawang.

Satu jam dari kota Blora, suara google map "Your'e destination will be arrived" mendayu-dayu mengatakan kami sudah sampai ke Goa Terawang. Masih tidak percaya kami sudah sampai Goa Terawang, kami memutari Jalan untuk mencoba meyakinkan diri bahwa kami disesatkan oleh panduan map. Nyatanya, Goa Terawang memang benar berada dihadapan kami. Okay, masih meyakinkan diri "mungkin" bagian luarnya kurang terawat tapi dalamnya pasti akan indah.

Suasana di Goa Terawang kali ini cukup ramai, polisi yang menjaga dan masyarakat yang datang tak kalah banyaknya. Rupanya, ada event dangdut yang menyedot pengunjung cukup banyak. Kami masuk dengan biaya Rp 15.000,-, mungkin jika tidak ada event dangdut, HTM tidak akan semahal itu. Untuk ukuran masuk goa, htm tersebut saya rasa mahal karena tidak disejajarkan dengan fasilitasnya.

Alunan musik dari Isyana Sarasvati mengiri langkah kami menuju tangga Goa Terawang. Tapi jangan dibayangkan lagunya seperti di Televisi yah, melainkan Isyana dalam versi dangdut yang lengkap dengan goyangan maut dan pakaian yang super mini. Suasana semakin syahdu dengan penjual yang menjajakan arbanat, pentol granat, sosis bakar dan odong-odong, saya seperti terlempar di era tahun 90-an zaman saya masih SD hehehe

Tak jauh dari panggung hiburan, terdapat anak tangga menuju Goa Terawang. Kami menyusuri anak tangga yang tak terawat, pegangan besi yang berkarat, sejumlah sampah dan beberapa tanaman yang terawat menjadi pemandangan kami. Kami juga disambut dengan dua anak monyet yang bergelantungan di pohon, yang cuek melihat para pengunjung yang memasuki goa.

goa terawangan


goa terawangan 2

Suasana didalam goa terasa sejuk dan asri, sejenak kami masih melupakan keadaan goa yang sebenarnya. Kamipun asyik melakukan ritual berselfie. Sebenarnya, Goa Terawang ini pasti terlihat bagus jika dikelola dengan baik. Saya merasa seperti tertipu dengan foto-foto yang dihadirkan di internet, foto yang terlihat baik itu mungkin mendapat sentuhan "photoshop", andai goa terawang seindah itu.


-goa terawangan 3

goa terawangan 4

Setelah puas berfoto di mulut goa, kami mencoba memasuki goa lebih dalam lagi. Agar tidak terpeleset, kami berjalan dijalanan berbatu, sekelilingnya merupakan tanah yang licin dan lembab. Tanah yang terdapat digoa batu ini adalah tanah berkapur yang sangat susah dilalui. Bahkan anak saya yang berumur 4 tahun, sukses jatuh bermanuver sambil ngomel-ngomel "Kenapa sih ma, tanah ini dikasih kapur segala?" susah jelasin nih Balita. Jawaban paling gampang mungkin gini, "sudah takdirnya nak, kalo tanahnya berkapur bukan berarti dikasih kapur sama orang" hehehe

Kamipun menjadi "jiper" setelah ada orang yang berjalan ke arah kami sambil bisik-bisik "jangan terlalu kedalam ya, tanpa pemandu" kami yang melongo ditinggal orang tadi dan memperhatikannya berlari ke dalam goa sambil komat-kamit membaca doa, entahlah apa yang dilakukannya. Karena bisikan gaib orang tersebut sukses membuat kami hanya 10 menit, menikmati goa ini. Penasaran dengan orang tadi, mungkin bisa dilihat dari kutipan youtube edisi mr tukul jalan-jalan ke Goa Terawang. Tak banyak pula foto yang saya dokumentasikan karena saya fokus melihat jalan yang licin menuju goa.


Intinya sih, goa ini ngga seindah dalam foto, tapi bukan berarti saya melarang wisata ke Goa Terawang, cuma jangan berharap terlalu banyak di tempat wisata Blora ini. Lalu saya menyesal ke Goa Terawangan? Ngga-lah, saya bahagia kapan lagi wisata bareng keluarga ke Goa, ya hitung-hitung Nostalgia di zaman SD.


collage