Sebagai fans drama Korea “That Winter, The Wind Blows” yang diperankan oleh Song Hye kyo saya sangat penasaran dengan tempat syutingnya yaitu Jade Garden. Letak Jade Garden ini lumayan jauh dari pusat kota Seoul, jika menaiki subway maka kita harus berhenti di Gulbongsan satu stasiun setelah Gapyeong station (station Nami Island). Saya naik dari Sinchon station dan turun di Gulbongsan station dengan perjalanannya memakan waktu sekitar 50 menit.


Keluar dari Gulbongsan saya sudah melihat free shuttle untuk menuju Jade Garden, sekitar 15 menit menunggu perasaan saya mulai tidak enak karena tidak ada penampakan dari shuttle bus. Bus di Korea adalah bus yang sangat on time jadi jarang banget kalau ngaret, melihat ke sekeliling jalanan di Gulbongsan ini sangat sepi sekali dengan pemandangan pegunungan dengan sisa-sisa salju yang meleleh, dan sayapun baru menyadari tidak ada wisatawan lain yang menunggu shuttle bus selain saya. Akhirnya saya bertanya dengan seorang ahjumma cleaning service tentang shuttle bus Jade Garden, karena si ahjumma ini tidak bisa bahasa inggris dia menyilangkan tangannya dengan kesimpulan closed. Hyaaaaaa… udah jauh-jauh kesini, ternyata shuttle busnya tidak jelas, saya kecewa berat batal ke Jade Garden yang indah banget itu.


Dari lokasi station Gulbongsan saya lanjut ke itinerary plan B ke Bukchon Hanok Village. Bukchon Hanok Village merupakan kawasan rumah hanok yang merupakan rumah tradisionalnya orang Korea. Bukchon Hanok terletak di tengah kota Seoul berdampingan dengan rumah-rumah modern Korea, pemerintah Korea masih menjaga rumah-rumah tersebut sebagai tempat pariwisata Korea yang setiap harinya banyak dikunjungi wisatawan. Rumah hanok di Bukchon ini merupakan kawasan elit di Seoul, terlihat meski rumah terbuat dari kayu kuno disetiap rumah terpasang CCTV dan alarm digital yang sangat modern, dan mobil-mobil mewah terparkir didalam rumah.

Ketika masuk di kawasan Bukchon, ada pemandu wisata yang membagi-bagikan gratis bukchon map. Pemandu wisata ini yang menerangkan rute yang harus dilalui ketika berjalan di bukchon hanok. Asyiknya dikawasan ini terdapat free wifi, jadi bebas mau browsing atau sekedar narsis lalu upload di socmed hehehe… Karena kawasan ini merupakan kawasan penduduk, disetiap jalannya tertulis “Please do not disturb the neighbors in this area”, katanya sih penghuni di kawasan bukchon ini mulai terganggu dengan kedatangan turis yang semakin hari semakin ramai.






Getting there:
Bukchon Hanok Village
Anguk staion (line 2), Exit 3
Dari exit 3 berjalan lurus hingga bertemu perempatan lampu merah belok kiri, kemudian berjalan hingga 500 meter bertemu pemandu wisata berseragam merah.


Insadong
Dari Bukchon hanok village, saya menuju ke Insadong. Insadong merupakan kawasan oleh-oleh khas Korea, sepanjang jalan Insadong ini dikanan kiri banyak toko penjual cindera mata. Saya suka banget dengan kawasan Insadong yang turis banget, beberapa pemusik jalanan banyak yang memainkan alat music seperti gitar maupun piano jadi lumayanlah bisa ngelihat musik gratisan hihihihi…

Harga oleh-oleh di Insadong ini katanya lebih mahal daripada di daerah Namdaemun, tetapi secara lokasi saya lebih suka dengan Insadong yang lebih rapi dan tanpa menawar. Kisaran harga untuk oleh-oleh yang saya beli adalah seperti gantungan kunci atau guntingan kunci yang berisi 10 adalah krw. 10.000.



Puas belanja oleh-oleh, mari kita ngemil turkis ice cream yang disebut Dondurma. Dondurma ini bentuk cupnya mirip terompet panjang, unik deh wajib dicoba, sayangnya saya lupa mengabadikan ice creamnya karena buruan kalap.


Getting there :
Insadong
Anguk sation exit 6
Jika dari Bukchon maka kembali lagi ke lokasi subway, dari lokasi subway awal kemudian berjalan lurus hingga Insadong.


Dari Insadong saya kembali lagi ke kawasan Sinchon untuk makan malam. Menu malam ini adalah mackerel di kawasan Sinchon yang sangat tersohor Gossami Grilled Fish. Menemukan restoran ini bisa diibaratkan seperti menemukan harta karun, Why? Karena selain lokasinya yang susah terletak di sebuah gang yang beloknya entah berapa kali saya lupa menghitungnya, juga banner restaurant hanya tertulis huruf Hangeul Gosami (고사미)

Semua menu direstaurant juga tertulis dalam bahasa Hangeul dan parahnya si waiters tidak bisa English, untung saja saya ingat menunya yaitu “Mackarel”. Mackarel di Korea sangat terkenal karena merupakan makanan sehat yang banyak disukai. Rupanya Gossami ini terkenal banget, banyak wisatawan Malaysia yang sedang berkuliner disini, kalo orang Indonesia hanya saya seorang hehehe…






Mackarel saya datang dalam bentuk ikan bakar yang difillet, rasanya? Enak banget, ahh sumpah enak banget belum pernah saya makan di Indonesia makan ikan kayak beginian, jadi rasa ikannya itu manis dan bumbunya meresap hingga kedaging dan baunya wangi.


Gossami
Seoul Seodaemungu Changchundong 53-72
Getting There:
Sinchon station exit 2. Rute lengkap ke Gosami, check link.


Hari ini adalah hari terakhir saya di Seoul, besok paginya saya akan di Busan. Demi menghemat tenaga saya pulang ke hotel pukul 20.00…… Busan, I’m coming