Untuk menyandang predikat backpackeran ke Singapore, rasanya kurang afdol kalo saya travelingnya dengan memesan bagasi pesawat. Harga bagasi 20kg Scoot yaitu Rp. 240.000,- kalo PP totalnya Rp. 480.000,- tiket saya yang ke Singapore cuma sejutaan kalo ditambah bagasi nggak jadi irit lagi.



Gratis cabin dari Scoot yang dulunya TigerAir ini memperbolehkan membawa tas dengan berat maksimal 10 kg, lumayan dibandingkan AirAsia Cuma 7kg. Toh saya perginya cuma 4 hari di Singapore dan nggak ada rencana mau bawain oleh-oleh buat siapapun (baca=pelit).

Packing saya persiapkan dengan baik. Baju saya sebenarnya kurang bisa diajak kompromi karena baik ukuran dan beratnya membuat koper tetap berat. Belum lagi kamera saya yang nggak cukup bawa satu tapi dua sekaligus. Ditambah dengan printilan semacam toileteries, sandal tambahan dan charge, koper saya timbang beratnya 8kg. Cukup aman untu masuk cabin.

Sewaktu check inn di Bandara Juanda, Scoot Airlines ini tidaklah terlalu ketat. Semua penumpang yang membawa tas cabin tidak ditimbang lagi barang bawaannya. Begitu juga ketika masuk ke boarding dan pemeriksaan tiket tidak ditimbang lagi. Bebeda dengan AirAsia ketika masuk boarding harus ditimbang lagi dan jika kelebihan maka ada denda langsung.

Di Singapore saya tidak belanja apapun, cuma beli irvins salted egg gara-gara latah ada diskon. Saya hanya menemani teman saya mbak Yuni yang belanja oleh-oleh di Mustafa Center, yang paling berat sih coklat sampai 2 kg. Sedangkan bawaan saya tetap yang membedakan hanya baju yang kotor saya masukkan ke koper.



Singkat cerita di hari kepulangan yang pagi buta kami check inn di counter Scoot. Proses check inn sangat lancar. Nah, setelah check inn koper dan tas kami yang saya letakkan di trolley kami dorong, ketika itu langsung ada petugas dari Scoot yang sedang random check bawaan yang tidak masuk bagasi. Kami dicurigai membawa bawaaan lebih, lalu tas dan koper kami ditimbang dan ada kelebihan sekitar 4kg.

Hah, bagaimana bisa jadi nambah 4kg waktu pulangnya? Teman saya malah waktu berangkat bawaanya cuma sekitar 7kg. Petugas langsung “You have to pay the excess baggage SGD 40!” Kami melongo dengan biaya Rp. 400.000,- yang harus kami bayar. Petugas lalu berbicara dalam bahasa melayu setelah tahu kami dari Indonesia. Saya meminta izin untuk mengeluarkan barang yang bisa mengurangi barang bawaan.

Mulai dari brosur pariwisata koleksi teman saya yang beratnya hampir sekilo, lalu kamera saya keluarkan agar bisa ditenteng, begitu pula ada air putih dikoper juga dikeluarkan. Bahkan teman saya hampir rela coklatnya yang beratnya hampir 2 kg itu dibuang di bandara. Tapi malah saya yang nggak rela, akhirnya coklat tetap masuk ke koper.

Setelah yakin saya memanggil petugas yang menyita boarding pass saya. Si petugas lalu melakukan timbang ulang, kamera pun tetap wajib ditimbang nggak boleh dibawa ditangan. Jadi mulai dari tas tangan, koper, dan kresek belanjaan wajib ditimbang. Setiap orang tidak diperkenankan membawa barang apapun, hanya badan saja lolos yang tidak ditimbang.

Timbangan tas kami menunjukkan angka 21,5 kg, masih ada kelebihan 1,5 kg. Duh saya masih lemas melihat kenyataan timbangan belum menunjukkan angka aman. Petugas ini memanggil temannya untuk memutuskan apakah kami tetap lolos atau tidak.

“Bagaimana bisa barang bawaan kamu berkurang?” Kami menunjuk brosur kertas dan aqua yang saya letakkan di kursi. Petugas lalu tertawa sambil mengambil semua brosur sambil mengatakan “Subhanaalah..” berkali-kali melihat brosur yang kami bawa yang beratnya hingga berkilo-kilo dan akhirnya kami lolos dan diperbolehkan membawa brosur. Andai petugas tadi melaksanakan prosedur maka kami tetap wajib bayar SGD 40, mungkin karena wajah kami terlihat pucat jadi mereka kasihan.

Kalau saya pikir yang membuat bagasi saya berat karena baju kotor saya lembab yang membuat volume bertambah, dan kamera saya yang ternyata beratnya 2 kg. Untung mbak yuni tidak jadi merelakan coklatnya yang dibuang padahal pelaku kelebihan bagasi sebenarnya saya.


Beberapa kali saya ke Singapore dan Kuala Lumpur saya belum sekalipun terkena random check bagasi. Padahal banyak juga teman saya yang cerita kalo sering kena random check, ada yang memang harus tanpa ampun harus membayar kelebihan bagasi, dan jika beruntung seperti saya tadi. Menurut saya awal kami dicurigai karena membawa koper yang diangkut dengan trolley karena kesannya berat, dan kami melewati petugas yang bertugas mengecek tas.

Peraturan Cabin Scoot Ekonomi

Nah untuk menghindari kelebihan bagasi menggunakan Scoot yaitu jika tidak membeli bagasi maka timbanglah koper dan tas tangan sebelum berangkat, jangan seperti saya yang hanya menimbang koper tanpa mengetahui berat tas tangan. Selalu sediakan space kosong 3 kg untuk jaga-jaga beli oleh-oleh atau berat baju basah. Percaya deh koper tuh beratnya akan selalu berbeda ketika berangkat dan pulang.

Biaya kelebihan bagasi

Jika tidak yakin dengan barang bawaan sih lebih baik beli bagasi PP Rp. 480.000,- kalo sama teman bisa patungan yaitu dibagi 2 beratnya jadi 10 kg lalu ada cabin 10 kg yang bisa dimanfaatkan. Untuk AirAsia sih biasanya saya selalu membeli bagasi karena nggak mungkin banget bawa cuma 7kg, apalagi AirAsia sangat ketat ketika di boarding wajib ditimbang.

Jadi gimana nih kalian punya cerita apes tentang drama kelebihan bagasi? Silahkan berkomentar.

Little India, Singapore