Hari ke 4 di Seoul tujuan saya ke Nami Island dan Petite France. Siapa sih yang ngga kenal dua wisata ini? Ya, wisatawan wajib mengunjunginya ketika di Korsel. Nami island terkenal karena serial winter sonata sedangkan petite france heboh karena drama Bethoven Virus. Tak lengkap rasanya jika ke Seoul melewati dua wisata tersebut…

Banyak cara untuk menuju Nami Island dan Petite France. Saya memilih yang paling mudah dengan Gapyeong Tour Bus.


Gapyeong Bus
Ticket Bus



(Jadwal keberangkatan bus/zoom untuk memperbesar)


(Jadwal bus kembali menuju Gapyeong station/zoom untuk memperbesar)

Tiket Gapyeong Tour Bus bisa di beli langsung ketika naik bus. Sopir bus juga merangkap melayani penjualan tiketnya seharga krw. 5000. Meski sewaktu saya menaiki bus adalah hari Senin, bus ini tetap lah ramai dan full penumpang. Hmm, saya tidak membayangkan bagaimana jika weekend tiba, pastinya akan penuh sesak.
Gapyeong Tour Bus
Getting There:
Naik subway turun di Gapyeong station exit 1. Tempat pemberhentian bus ada di sebelah kanan dari exit 1.
Ticket : krw. 5000
Time : 09.00 - 18.00
Rute : Nami Island, Petite France dan The Garden of Morning Calm


Stop pertama adalah Nami Island. Saya turun bus kemudian berjalan menuju Imigration Nami Island. Imigration Nami adalah pintu masuk menuju Nami Island. Pemerintah Korsel mengemas wisata Nami Island sebagai sebuah Negara yang terpisah dari Korsel, untuk menuju Nami Island kita menaiki kapal selama 15 menit, bayangkan saja ini sebuah wisata yang terpisah dari Korsel.


Gerbang Imigrasi Nami Island


Tiket masuk menuju Imigration Nami Island adalah krw. 8000, tiket visa ini berlaku untuk kapal pulang pergi dan biaya masuk ke Nami Island. Sampai ke Nami Island cuaca begitu dingin dibandingkan dengan Seoul, aplikasi weather di hp saya menunjukkan suhu -3 brrrrrrr dingin banget padahal ini pukul 12 siang, kalau malam bisa dibayangkan akan semakin dingin.

Untuk mengatasi dingin, di Nami Island disediakan kayu bakar untuk menghangatkan tangan dan kaki di setiap sudut-sudut jalan, lumayanlah membuat tangan menjadi hangat mirip dengan pesta barbeque hihihihi

Ada apa di Nami Island? Banyak. Saya berjalan mengelilingi pohon- pohon sepanjang Nami Island, ada juga fasilitas sewa sepeda, namun saya memilih menikmati dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan terlihat bendera-bendera beberapa Negara, juga ada bendera Indonesia dengan tulisan “Selamat Datang” ahh rupanya Nami Island terkenal hingga ke seluruh dunia. Jika lapar ada beberapa restaurant ayam panggang yang terkenal di Nami, karena tak begitu lapar saya melewatkan makan ayam yang tersohor itu. Satu lagi yang tak boleh dilewatkan adalah foto di depan poster maupun patung pemeran Winter Sonata.





Nami Island / Namiseom
Open : 07.30 - 21.40
Ticket : krw. 8000 (biaya masuk + ferry)
Puas mengeksplorasi Nami Island, saya menaiki bus berikutnya menuju Petite France. Perkiraan saya antara Nami Island ke Petite France lumayan dekat, nyatanya diperlukan waktu sekitar 45 menit untuk menuju Petite France yang letaknya jauh banget di atas bukit, perjalanannya pun berkelok-kelok mirip dengan menuju puncak Bogor.

Konsep dari Petite France adalah sebuah desa bertema Perancis, terlihat ketika memasuki Petite France ini lagu-lagu bertema Perancis terdengar di hampir semua sudut ruangan. Di Petite France banyak rumah-rumah yang bisa dimasuki wisatawan, yang didalamnya ada beberapa galeri seperti lukisan, theater, barang antik, musholla bahkan ada penginapan yang bisa disewa di sini. Untuk yang penginapan, saya tidak bisa membayangkan jika tinggal disini, karena petite france jauh sekali dengan pemukiman penduduk dan letaknya benar-benar di atas bukit..yang pasti bakalan sepi.

Indah banget yah ?



Saya berkeliling ke galeri-galeri dan mencicipi jajanan khas Perancis, sensasinya ke Petite France ini memang serasa di Perancis. Tak terasa 3 jam saya menghabiskan waktu di Petite France

Sebenarnya tujuan selanjutnya ke Morning Calm tempat syuting dari Secret Gaden, saya membatalkannya karena kedinginan bikin badan saya ngedrop. Morning Calm merupakan taman bunga – bunga warna warni, jika malam hari banyak lampion-lampion yang indah, sayang saya harus membatalkannya karena cuaca begitu dingin.
Petite France
Open : 09.00 - 17.00
Ticket : krw. 8000

Perjalanan pulang dari petite france saya masih naik gapyeong tour bus, yang kemudian berakhir turun di Gapyeong station. Dari Gapyeong station ini saya memutuskan untuk balik ke hostel untuk menghangatkan badan terlebih dahulu kemudian malamnya saya lanjut ke kawasan Hongdae.

Saya sampai hongdae sekitar pukul 07.00 malam, kawasan hongdae merupakan kawasan anak mudanya Korsel karena letaknya yang dekat dengan hongik university. Sejak turun dari Subway, saya sudah menemukan banyak barang-barang murah seperti sepatu boot seharga krw. 9.900 - 10.000 lalu baju-baju dan tas backpack juga seharga krw. 10.000.


Ke Hongdae haruslah nyobain café – café yang berkonsep unik –unik, salah satu café yang paling heboh di Internet adalah Hello Kitty Café. Hello Kitty cafe merupakan cafe berkarakter Hello kitty dengan semua perabotnya serba pink. Pesanan saya di Hello Kitty Café adalah cappuccino dengan karakter hello kitty, harga secangkir kopi termurah adalah krw. 4.200 (+tax) dan sudah bisa ditebak itu adalah pilihan saya hahahaha…. Setidaknya saya sudah terlihat keren mengunjungi Hello Kitty Cafe meski pesan kopi yang termurah.



Keluar dari Hello Kitty café biasanya wisatawan lanjut ke Trick eye museum yang letaknya dekat dari hello kitty café, namun saya sengaja melewatkannya karena bakalan susah untuk mengabadikan foto-foto di Trick Eye Museum jika solo traveler.
Hello Kitty Cafe
Getting There:
Naik subway turun di Hongik University Station exit 9, ketemu lampu merah sebrangi jalan (wajib nyebrang dulu yah), kemudian berjalan lurus sampai dengan bertemu toko kosmetik holika - holika beloklah ke kanan. Setelah belok ada gang pertama, beloklah ke kiri. (hello kitty terletak di gang kecil)
Open : 11.00 - 24.00

Perjalanan pulang ke hotel dikawasan Sinchon saya nyobain makana berat yaitu Dakgalbi. Dakgalbi dikawasan SInchon ini lumayan terkenal, meski malam suasana didalam restaurant sangat ramai.

Memasuki restaurant saya langsung disambut waitres, saya mengucapkan “only one person” karena waitres tersebut mengira saya dengan beberapa teman. Pesanan saya adalah dakgalbi yang standart. Dakgalbi ini merupakan daging ayam yang dicampur dengan sayur kemudian dimasak di atas meja tamu, yah mirip-mirip suasana makan di restaurant jepang di Indonesia.

Didepan restaurant



Karena tidak sabar dan sudah lapar saya mengambil dakgalbi di meja, ngelihat tingkah saya waitres bilang “no no” “wait- wait” saya kemudian manggut-manggut malu rupanya untuk makan dakgalbi ini harus benar-benar matang dan menunggu instruksi siap dimakan oleh waitres heheheh… Harap maklum waitres disini tidak bisa English, jadi saya mau nanya-nanya kapn bisa dimakan juga bingung.

Lumayan deg-degan sewaktu mau nyobain dakgalbi, dan ternyata enak banget ayam dan sayurnya benar-benar klop. Pelengkapnya juga enak, salah satunya ada salad dengan mayonnaise. Untuk kimchi maaf banget, saya tidak ada suka rasanya yang asem.
Chuncheon Dakgalbi Makguksu
Getting There :
Turun di sinchon station exit 1, belok kiri hingga bertemu Hyundai Departemen Store, lalu belok kiri hingga terlihat sevel beloklah ke kanan, Chuncheon tak jauh dari sevel sekitar 2 toko. (Nama restaurant tertulis dalam bahasa hangeul 춘천집닭갈비막국수)
Open : 10.00 - 06.00 pagi
Price: krw. 6000
Favorit menu : Dakgalbi

Dari restaurant dakgalbi saya kemudian lanjut eksplore Sinchon, di Sinchon ini juga kawasan anak muda Korsel mirip-mirip dengan kawasan hongdae, banyak juga café dan toko-toko yang lucu. Malam ini saya berakhir di kawasan SInchon dengan belanja kosmetik etude, kemudian balik ke hotel pukul 12.00 malam.

Lumayan gak terlalu khilaf belanjanya, habis krw 6000