Transit sebentar saja di Oman saya rasa tidak bisa menggambarkan Negara dan masyarakatnya dalam sekali pandangan. Namun tetap saja saya pengen menulis apa yang saya lihat dan rasakan tentang Negara ini. 12 Hal Tentang Oman ini menggambarkan apa yang saya rasakan selama beberapa jam transit di sana.

Kurs Oman Mahal
Jika berniat transit di Oman, lalu merencanakan keliling Oman maka harus siap dengan kurs Oman yang mahal. Bayangkan saja 1 Oman harganya Rp. 36.500,-. Parahnya lagi mata uang Oman ini sulit didapatkan di Indonesia. Alternatifnya yaitu menukarkan dolar lalu ditukar di Oman atau mengambil uang di ATM Gofar dengan kurs tetap Rp. 36.500,- dengan charge pengambilan Rp. 50.000,-

IMG_6124-01-1536x1228

Jangan menukarkan uang dolar kita dalam bentuk Rupiah ke mata Uang Oman karena pengalaman saya menukar di bandara Rp. 50.000,- dihargai 1 Oman. Ngeri ya?

Masyarakat Oman Baru Keluar Rumah Sore Hari 
Dari percakapan kami dengan sopir taksi, masyarakat Oman memang baru suka keluar rumah sekitar jam 3 sore. Ya bukan berarti sebelum jam 3 sore nggak ada orang, tapi kalau semakin sore atau semakin malam maka tempat-tempat nongkrong bakalan ramai. Kebanyakan toko di sana buka antara jam 09.00 - 13.00 dan 17.00 - 22.00

Maklum saja orang Oman itu males keluar rumah siang bolong karena panasnya na'udzubillah. Waktu saya ke Oman pada bulan Oktober suhunya 38' sama dengan di Indonesia, tapi Oman dekat dengan pantai, dikelilingi bukit dan gurun pasir, jadi kebayang kan panasnya. Kalau musim panas bisa sampai 50' Idealnya memang kalau di Oman paling enak jalan pada musim dingin antara bulan Desember hingga Maret.

Beragama Islam Ibadi 
Berbeda dengan negara Arab lainnya, ternyata Oman beragama Islam dengan paham Ibadi. Jadi saya tahunya waktu sholat jamaah di masjid, setelah tahbiratul ihram mereka tidak bersedekab dalam sholatnya, tangan tetap lurus disamping paha. Lalu ketika salam takhiyat akhir noleh ke kanan mengucapkan assalammualakum lalu ke kiri warahmatuallah hiwabarakatuh.

IMG_6158-01-2736x1536

Nah waktu itu kan saya sholat jamaah, sempat takut dipandang aneh dengan sholat saya yang bersedekap. Tapi mereka biasa-biasa saja melihat saya. Setelah browsing saya membaca bahwa Islam Ibadi ini fahamnya netral tidak memusuhi islam baik sunni atau syiah. Rata-rata masjid di Oman pun jamaah dengan sholat Ibadi seperti paham Sultal Al Qobus Bin Said. Jika kita sunni ataupuh syiah sekalipun mereka tidak mempermasalahkan.

Berjubah dan Bercadar Hitam
Masyarakat Oman mayoritas beragama Islam. Layaknya di negara Arab yang beragama muslim, masyarakatnya yang laki-laki banyak yang memakai jubah dan berpeci, sedangkan perempuan berjilbab hitam. Perempuannya pun banyak yang bercadar kelihatan mata saja, ataupun tertutup full kerudung hitam sampai matanya pun tertutup kerudungnya.


BeautyPlus_20191010221938793_save-960x1200

Perempuannya ada juga yang memakai baju hitam dengan kerudung yang terlihat rambutnya ala-ala ibu pejabat. Intinya sih Oman tuh beraneka ragam yang nggak harus memakai hijab jika di sana. Banyak juga ekspatriat yang tinggal di Oman.

Selain itu Sopir taksi di Oman selalu memakai jubah dan juga berpeci, begitupula petugas imigrasi dan yang bekerja di bandara.

Porsi Makan Banyak
Harga makanan di restoran Oman antara 3-5 Oman. Memang harganya mahal kalau dikurskan, tapi seporsi bisa untuk 2 orang atau lebih. Awalnya kami pede memesan satu orang satu porsi, eh malah nggak habis karena porsinya banyak banget untuk ukuran Indonesia. Suami saya yang suka makan saja sampai nggak kuat menghabiskannya. Kalau mau hemat, pesan nasi ala Arab seperti briyani atau kebuli dijamin deh kenyang banget.

menu oman

Sopir Taksi Suka Memaksa
Pengalaman tentang taksi di Oman yang saya alami nggak enak banget. Di bandara kami dikejar-kejar sama sopir taksi. Sudah gitu mereka mengejar sambil memeluk punggung suami saya. Menawarkannya pun maksa banget, sudah dibilang nggak mau naik malah tetap menawarkan taksinya sampai kami masuk lift. 


IMG_7325-01-2602x1461

Selain di bandara, ketika kami sedang jalan atau berdiri pinggir jalan raya maka sopir taksi kalau nggak memencet belnya kenceng-kenceng menawari kami taksi maka mereka membuka jendelanya sambil nanya mau taksi. Berdiri 10 menit saja dijalan bisa ada 6 taksi yang berhenti.

Naik O Taxi di Oman Murah
Selama di Oman saya naik taksi dan bus. Di Oman saya download aplikasi O Taxi yang merupakan gojeknya di sana. O Taxi menurut saya murah dan sudah terlihat harganya di aplikasi. Tanda kutip murah ya nggak lebih murah dibandingkan naik bus. Tapi percayalah naik O Taxi seperti surgawi karena naik mobil ber AC ditengah gurun yang panas.

IMG_6141-01-2736x1536

O Taxi ini sistemnya meskipun sudah ditulis alamat tujuan, tapi tetap si sopir nanya kita mau kemana. Nah kalau sopirnya sudah berumur mereka malas membuka GPSnya, kita yang kadang repot sendiri membuka alamatnya di GPS. Pengalaman nggak enaknya pernah tuh habis 3 Oman, uang saya 4 Oman harusnya kembali 1 Oman eh malah nggak dikembalikan uangnya. Padahal 1 oman sangat berarti bagi kami #mendadakperhitungan.

Naik Bus di Oman Lebih Hemat
Di Oman sebenarnya ada bus yang berhenti di tempat-tempat wisata Oman. Selama di Oman, saya manja sering naik taksi, tapi juga di mix sama naik bus karena selisihnya lumayan. Contohnya saja naik bus di bandara ke pusat kota cuma 1 Oman saja perorang, tapi kalau naik taksi 10 Oman. Rutenya pun jelas banget di google maps. Disitu ada nomer bus dan haltenya sekaligus. Antar satu bus dengan lainnya sekitar 20 menitan.

IMG_7321-01-2736x1536

Kalau kalian misalnya bingung dari bandara mau kemana, maka tujuan akhir adalah Ruwi Bus Station dengan naik Bus 1B. Setelah sampai Ruwi maka bisa lanjut naik bus ke tempat-tempat wisata di Oman.

Masyarakatnya Bisa Berbahasa Inggris
Enaknya tuh di Oman semua masyarakatnya bisa bahasa Inggris. Mulai dari sopir taksi, pramusaji restaurant, kasir supermarket dan orang-orang yang kami tanya selalu bisa bahasa Inggris. Ya rupanya bahasa Inggris di Oman merupakan bahasa kedua di sana yang digunakan sehari-hari. Nggak salah sih karena banyak ekspatriat dan ladang minyak maka menjadikan negara ini modern.

Beli Oleh-Oleh di Souq
Pasar di Oman disebut Souq. Kami jalan-jalan di Mutrah Souk hanya untuk melihat-lihat apa saja yang dijual di sana. Selain kebutuhan sehari-hari, mereka juga menjual pernik-pernik oleh-oleh.

Kami membeli gantungan kunci dengan harga 1 Oman dapat satu lalu kami tawar 1 Oman dapat dua. Itu aja sih kami beli cuma magnet saja, tapi banyak kok pernik-pernik seperti kaos, asbak, pembuka botol, gantungan kunci dsb.

IMG_7369-01-1368x768
IMG_7366-01-2188x1228

Menyetir Ala Fast n Furius
Jalan beraspal di Oman memang mulus tanpa lubang satupun. Ketika saya berdiri di pinggir jalan raya, sambil gedek-gedek lihat mobil berseliweran wuuus..wusss...dengan kecepatan tinggi.

Naik Taksi pun di Oman saya sambil komat kamit mengelus dada karena kecepatan tinggi dan ketika belok pun kayak lagi balap mobil. Setelah saya browsing, memang driver di Oman yang menggunakan setir kiri ini kecepatannya selalu tinggi makanya nggak heran angka kecelakaan di sana juga tinggi.

Cowok Oman Genit
Saya nggak tahu sih mereka genit atau memang cowok Oman itu terkenal dengan keramahannya. Tapi mereka biasa banget lihat cewek kayak saya dengan pandangan lekat-lekat sambil senyum. Mungkin karena body saya yang gemuk yang standarisasi kesejahteraan bagi lelaki Oman hehehhee... 




Waktu di Mutrah Souk pun banyak yang kayak genit menawarkan dagangannya. Selain itu ketika di Masjid Agung Sultan Al Qobus saya malah dipakein jilbab sama penjaga masjid laki-laki katanya dia mau jilbabin saya ala wanita Oman hadeh... 


...

Masih banyak sih cerita saya tentang Oman. Mungkin saya lanjut dalam artikel berikutnya....